Wahabisme: Ideologi Kaum Ekstremis (Bagian 6 Habis)

KolomWahabisme: Ideologi Kaum Ekstremis (Bagian 6 Habis)

Wahabisme sudah menjadi paham mondial. Pengaruhnya tidak hanya di Arab Saudi, tempat kelahirannya, tetapi juga hampir eksis di Dunia Islam. Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa Wahabisme bukanlah gerakan reformasi Islam, sebagaimana tesis Natana J. Delong-Bas dalam Wahhabi Islam: From Revival and Reform to Global Jihad. Hemat saya, Wahabisme adalah gerakan keagamaan yang mengusung puritanisme Islam dan menebarkan ekstremisme, karena menghalalkan darah, baik kalangan muslim maupun non-muslim.

Faktanya, Talibanisme dan Jamaah Islamiyyah, yang sekarang menjadi aktor dari gerakan-gerakan radikal kontemporer banyak dipengaruhi oleh Wahabisme. Mereka menjadikan Wahabisme sebagai sumber inspirasi untuk meneguhkan aksi mereka. Sebaliknya, tidak ada satu pun yang membuktikan, bahwa Wahabisme merupakan sumber inspirasi bagi reformasi Islam. Jika disebut reformasi Islam, sosok yang dirujuk, di antaranya Rafa‘a Tahtawi, Muhammad ‘Abduh, dan Rasyid Rida. Tidak ada satupun pemikir yang menyatakan Muhammad bin ‘Abd al-Wahhab sebagai reformis muslim, kecuali Natana J. Delong-Bas.

Ada empat hal yang patut disimpulkan tentang Wahabisme: Pertama, Wahabisme merupakan paham yang menegaskan tawhid al-uluhiyyah sebagai fundamen dari paham keagamaannya. Paham tersebut mendapatkan inspirasi dari Ibn Taymiyyah.

Kedua, Wahabisme relatif berhasil menebarkan pandangannya, karena disokong sepenuhnya oleh Kerajaan Arab Saudi. Kerajaan Arab Saudi dan Wahabisme mempunyai kepentingan yang sama, sehingga menyebabkan Wahabisme mempunyai pengaruh yang kuat, baik di dalam negeri Arab Saudi maupun di dunia internasional.

Ketiga, Wahabisme mempunyai doktrin jihad yang dimaknai sebagai peperangan terhadap musuh. Dalam sejarahnya, jihad yang dipahami oleh Muhammad bin ‘Abd al-Wahhab tidak digunakan untuk melawan orang-orang kafir, tetapi justru digunakan untuk melawan Dinasti Ottoman, yang hakikatnya merupakan salah satu Dinasti Islam.

Baca Juga  Radikalisme dan Ekstremisme, Ancaman Bangsa Kita

Keempat, dalam perjalanannya Wahabisme bermetamorfosa menjadi Neo-Wahabisme yang mempunyai ideologi salafi-jihadi, yaitu ideologi yang menggabungkan antara Wahabisme, Salafisme dan Jihad. Gabungan ketiga ideologi tersebut telah melahirkan “para pengantin” yang siap melakukan aksi bunuh diri di sejumlah negara, baik dunia Barat maupun dunia Islam.

Terakhir, Wahabisme sebagai paham keagamaan hanya bisa diatasi dengan paham keagamaan serupa, bukan dengan pendekatan militeristik. Oleh sebab itu, langkah yang digunakan oleh Mesir, misalnya, dalam melakukan deradikalisasi menjadi sangat efektif agar pemahaman keagamaan ditanggapi dengan pemahaman keagamaan yang lebih konstekstual dan humanis. Pasca-tewasnya Osama bin Laden, dunia kembali mempunyai harapan besar agar radikalisme dapat dicegah dengan cara membunuh akar-akar pemikiran yang merupakan sumber dari ideologi kekerasan bernuansa agama. Salah paham yang dapat membangkitkan gairah kekerasan tersebut, yaitu Wahabisme.

 

Zuhairi Misrawi
Zuhairi Misrawihttp://IslamRamah.co
Intelektual Muda Nahdlatul Ulama, Ketua Moderate Muslim Society (MMS), Jakarta
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.