Jumat Call Gus Mus

KhazanahHikmahJumat Call Gus Mus

Mengunggah postingan bertajuk “Jumat Call” di akun Instagram menjadi rutinitas Jumat pagi Gus Mus. Keduanya telah menjadi dua hal yang lekat. Kiai yang juga seorang budayawan ini memang cukup aktif menyapa masyarakat melalui akun Instagramnya. “Jumat Call” mengajak kita untuk sejenak merenung. Biasanya setelah mengucap salam serta doa, Gus Mus kemudian menuliskan nasihat sederhana nan meneduhkan dalam unggahan bertajuk “Jumat Call” tadi.

Hari Jumat yang menyimpan banyak keutamaan, dipilih Gus Mus sebagai momen untuk mengingatkan masyarakat agar memperbanyak zikir, shalawat, serta amal saleh. Ia juga mengingatkan kita untuk tetap menjaga diri, menerapkan protokol kesehatan, dan melakukan vaksinasi di tengah situasi wabah seperti sekarang. Konsistensi Gus Mus menyampaikan pesan melalui “Jumat Call” telah membentuk ciri khasnya. Bahkan, ketika ada notifikasi yang mengabarkan unggahan terbaru Gus Mus, membuat ingatan saya langsung terasosiasi dengan hari Jumat.

Mari ketengahkan satu contoh unggahan “Jumat Call” sebagai gambaran praksis. Di bawah fotonya yang mengenakan jas abu-abu, diunggah pada 30 Juli 2021, Gus Mus menulis, “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi. Semoga Allah memberkahi Jumat kita; menyembuhkan keluarga kita yang sakit; dan merahmati mereka yang mendahului kita menghadap-Nya. JUMAT CALL: Bisakah kita—semoga bisa—membahagiakan diri sendiri tanpa menyakiti orang lain.”

Pemilihan waktu pagi untuk memposting hikmah Jumat ini juga memberi makna agar kita memulai hari dengan optimisme dan pikiran positif, serta mengakhirinya dengan baik. Sebagaimana ungkapan Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitabnya al-Hikam, man asyraqat bidayatuhu asyraqat nihayatuhu. “Siapa yang permulaannya bercahaya, maka penghujungnya juga bercahaya”. Ibarat kata, siapa yang mengawali kegiatan dengan niat dan suasana hati yang baik, maka akan mendapat akhir yang baik pula.

Di era kini, banyak hal harus bermigrasi ke ruang digital. Gus Mus tergolong kiai yang melek teknologi. Ia menjawab tuntutan zaman dengan turun berdakwah di media sosial. Sejak 2015 Gus Mus bergabung dengan Instagram dengan akun @s.kakung dan telah memiliki setengah juta lebih pengikut. Twitternya dengan nama @gusmusgusmu pun telah diikuti oleh dua juta lebih masyarakat. Aktif di dunia maya adalah salah satu caranya tetap hadir di tengah masyarakat dan mengayomi mereka.

Baca Juga  Beribadah dengan Nyaman di Rumah

“Jumat Call” barangkali memang bukan suatu program dakwah besar, di hadapan microphone ataupun di tengah sorotan kamera. Namun, langkah yang dilakukan Gus Mus dengan rutin membagikan hikmah sederhana tetap berdampak bagi kedamaian masyarakat. Setidaknya menjadi nutrisi pikiran dan batin bagi mereka, sekaligus mengingatkan akan keberkahan Jumat. Hal ini terlihat misalnya dari respons-respons positif di kolom komentar.

Keistiqamahan Gus Mus ini juga bisa diteropong dari sisi hadis Nabi. Bahwa konsistensi adalah amal yang amat dicintai Allah. Rasulullah SAW bersabda, Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit. (HR. Muslim). Karena dalam kontinuitas ada keberkahan.

Fleksibilitas dalam berdakwah di era digital memang sangat penting agar materi bisa tetap tersampaikan secara efisien. Dengan karakter khasnya yang kental dengan seni, Gus Mus berhasil menyesuaikan dakwahnya dengan kondisi zaman juga masyarakat.

Terlepas dari muatan pesan “Jumat Call”, potret dakwah Gus Mus di sosial media telah mengajarkan kita nilai tentang istiqamah. “Jumat Memanggil” mengajak kita untuk merefleksi, mengisi sayyidu al-ayyam (pemimpinnya hari) dengan kesalehan, dan menjadi pengingat saat lupa akan hari. Masyarakat kita masih sangat butuh sosok pendidik moral seperti Gus Mus. Kesehatan semoga selalu menyertainya. Jumat pagi akan selalu hangat dan dinanti. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait